Jumat, 25 September 2015

Bukti bahwa ISLAM tidak menyembah / memuja Ka'bah dan Hajar Al Aswad

Sebenarnya sudah sejak lama muslim dituduh menyembah Ka’bah dan Hajar Aswad oleh musuh - musuh Islam, walaupun sudah sering pula di jawab oleh para ulama, tapi karena belum dapat hidayah dari Alloh SWT, makanya mereka tetap ngotot tidak mau menerima penjelasan tersebut ..


Bismillaahirrohmaanirrohiim..

Semoga kumpulan catatan ini bisa meyakinkan mereka dan menambah keimanan kita

Berikut ini bukti-bukti bahwa Hajar Aswad dan Ka'bah bukanlah sesembahan umat Islam :

1. Jika berada dalam suatu tempat yang tidak diketahui arah mata anginnya, atau sedang duduk di dalam kendaraan yang jalannya berkelok-kelok, maka umat Islam boleh melakukan shalat dengan menghadap ke arah mana saja.

Karena Allah berfirman:

“Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke mana pun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui” (QS. Al-Baqarah 115).

Ka’bah sebagai penentu arah sholat bukan objek yang disembah :

“Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan”. (QS.Al-Baqarah :144)

Jadi intinya bukan menyembah batu tapi inti dari ajaran itu ialah ketundukan kepada Tuhan mereka. Pengakuan bahwa Allah itu Rabb mereka.

Analoginya begini, misalkan anda disuruh oleh orang tua anda untuk mencium kucing di depan anda lalu anda menuruti, lalu apakah ini berarti anda menyembah kucing ? Tentu orang yang berfikiran jenih mengatakan tidak. Anda melakukan itu karena wujud taat dan tunduk kepada peintah orang tua, sebagai wujud bakti anda sebagai anak kepada orang tua.

Nah begitulah ummat islam dalam melakukan sholat dan thowaf, mereka menghadap batu dan mencium batu. Itu karena wujud ketaatan kepada Allah, Tuhan mereka memerintahkan dalam ajaran Nya supaya melakukan demikian.

2. Tahun 930 sampai 951 hajar aswad pernah hilang dicuri dan disembunyikan oleh kaum Syi’ah golongan Ismailiyah Qarmathi.

Apakah dengan hilangnya batu itu lantas umat Islam lantas heboh dan tidak shalat lagi karena hajar aswad sudah tidak ada ? Meski hajar aswad pernah hilang, namun selama 21 tahun itu umat Islam tidak pernah libur shalat.

Seandainya umat Islam itu shalat menyembah hajar aswad, maka selama 21 tahun itu mereka libur shalat. Tapi nyatanya tidak. Umat Islam tetap shalat menghadap kiblat, baik dengan ada batu ataupun tidak, karena esensi mereka ialah mematuhi perintah Allah bukan menghadap dan menyembah batu.

3. Setelah Hajar Aswad itu berhasil ditemukan kembali, batu itu sudah tidak utuh lagi. Ada pecahan di sana sini, sehingga volumenya sudah mulai berkurang. Dan batu hitam yang ada sampai sekarang pun itu sudah paduan antara batu hitam yang asli dengan yang imitasi.

Apakah umat Islam heboh karena itu ? Jawabnya: Tidak pernah ! Sebab Tuhan yang disembah oleh umat Islam itu bukanlah batu tetapi Allah SWT.

Batu boleh rusak dan hilang, tetapi Allah tetap ada dan kekal sampai selama-lamanya. Inilah bukti bahwa Allah bukan batu, dan batu tidak sama dengan Allah. Lagipula jika muslim menganggap Hajar Aswad adalah Allah, pasti akan banyak duplikat/tiruan batu itu di setiap Masjid ? Seperti umat Hindu, Budha dan Kristen yang memajang patung Tuhan mereka untuk disembah, dipuja, tempat menghaturkan doa dsb di rumah ibadah masing-masing. Tapi nyatanya tidak ada satupun Masjid atau rumah seorang muslim yang punya duplikat/tiruan/patung/lukisan Hajar Aswad.



4. Dahulu pada masa Rasulullah SAW, para shahabat naik dan berdiri di atas Ka’bah ketika mengumandangkan azan (panggilan shalat). Mereka melakukan itu lima kali sehari. Rasulullah tak pernah menegur maupun melarangnya. Jika Ka’bah adalah Tuhan yang disembah oleh umat Islam, mana mungkin para shahabat ketika itu berani menginjak-injak Tuhannya ?

5. Sampai saat ini, para petugas juga naik dan berdiri di atas Ka’bah ketika mengganti Kisywah (kain kelambu penutup Ka’bah). Ini juga bukti nyata bahwa sampai saat ini dan sampai kapan saja tak seorang pun umat Islam yang menyembah Ka’bah. Andai kata mereka menganggap Ka’bah sebagai tuhan yang disembah, mana mungkin mereka berani naik, berdiri dan menginjak Ka’bah ?

6. Ketika thawaf dengan menunggang seekor unta, Rasulullah SAW pernah tidak mencium hajar Aswad, melainkan menyentuhnya dengan tongkat beliau. (HR. Bukhari juz 2 nomor 677).

Jika Nabi pada waktu hidupnya menyembah hajar aswad, mana mungkin beliau berani menyentuh Tuhannya dengan sebuah tongkat sambil duduk di atas unta ? Teladan Nabi ini membuktikan bahwa beliau tidak menyembah hajar aswad. Jika Hajar Aswad adalah Tuhan, tidak mungkin Rasulullah berani dengan lancangnya menyentuh hanya dengan tongkat bukan dengan tangan atau menghormatinya sedemikian rupa, apa Rasulullah tidak takut kualat ? Tentu saja tidak karena Hajar Aswat bukanlah apa-apa.

7. Ketundukan ini pula yang telah dilakukan oleh shahabat Umar RA ketika haji. Dalam hadits shahih dikisahkan bahwa beliau datang mendekati Hajar Aswad (batu hitam) lalu dia menciumnya dan berkata:

“Sesungguhnya aku tahu bahwa engkau ini batu yang tidak memberikan mudharat dan tidak pula mendatangkan manfaat. Jika aku tidak melihat Rasulullah menciummu, maka aku tidak akan menciummu pula.” (HR.Bukhari dari Abis bin Rabi’ah RA).

Jika memang Hajar Aswad adalah Allah, maka tentu saja Rasulullah akan marah dan membantah perkataan Umar tapi nyatanya TIDAK.

Camkan ayat-ayat ini:
Katakanlah, “Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak melahirkan dan tidak pula dilahirkan; TIDAK PULA ADA SEORANGPUN YANG SETARA DENGAN-NYA.” (QS al-Ikhlas: 1-4).

“Dia (Allah) tidak menyerupai sesuatupun dari makhluk-Nya (baik dari satu segi maupun semua segi), dan TIDAK ADA SESUATUPUN YANG MENYERUPAI_NYA”.
(Q.S. As-Syura: 11)

Jadi sangat jelas Allah tidak setara dengan makluknya dan tidak mungkin menyerupai makhluk-Nya. Apalagi dianggap sama dengan batu Hajar Aswad. Sudah jelas sekarang bahwa Hajar Aswad bukanlah Allah yang kami sembah..


Sumber :

http://kucintaalquran.blogspot.com/2012/10/hajar-aswad-kisah-sebongkah-batu-dari.html
http://islamiclogic.wordpress.com/2014/09/12/riwayat-maqam-ibrahim-di-masjidil-haram/

2 komentar:

  1. SIAP-SIAP MENINGGALKAN ISLAM SEBELUM KIAMAT.

    BATU HAJAR ASWAD DAN BATU RUKUN YAMANI.
    Siapakah sebenarnya batu-batu ini?
    Apakah batu-batu ini adalah alloh?
    Apakah tujuan naik haji hanya untuk mengusap batu-batu ini?
    Apakah batu-batu ini yang disembah waktu sholat?

    SADAR ATAU TIDAK SADAR SABDA INI DILAKUKAN AKAN MENGANTARKAN ANDA KE NERAKA.
    SABDA INI DIBACA HARUS MEMAKAI KACA PEMBESAR AGAR JELAS ARTINYA.
    sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam, “Sesungguhnya, mengusap Hajar Aswad dan Rukun Yamani dapat menghapuskan dosa-dosa.” (HR. Ahmad dari Ibnu Umar, dinyatakan shahih oleh Al-Albany dalam Shahih Al-Jami, no. 2194)

    BalasHapus
  2. tdk sekedar mengusap ttp mengusab sambil berdoa,ini hadis lanjutan hadis tsb :Hadis Rasulullah SAW :
    "Ada 70 malaikat yang memegang rukun Yamani. Barangsiapa berdoa, 'Ya Allah, berilah aku ampunan dan kesehatan di dalam agama, dunia, dan akhirat. Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan jauhkanlah diri kami dari siksa api neraka' maka 70 malaikat tersebut akan berkata, 'Amin, kabulkanlah doanya'." (HR. Ibnu Majah)
    Dapat dilihat bahwa hadits di atas mengandung 'Doa Sapu Jagat'. Doa inilah yang dibaca ketika muslim sedang melakukan tawaf di antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad.

    BalasHapus