Masih banyak teman2 kita Mualaf yang masih saja belum yakin tentang kebenaran agama Islam, karena banyak pertanyaan2 dalam benaknya yang belum menemukan jawaban mantap yang menjadikan dia yakin 100% .
Oleh karena itu, saya berusaha mengumpulkan artikel dan sumber-sumber yang bisa dijadikan tempat untuk mendapatkan informasi bagi diri saya sendiri kemudian saya share kepada orang lain yang membutuhkan .
Salah satu pertanyaannya :
Adakah dalil dari Al Quran yang menjelaskan mengenai detail gerakan - gerakan sholat ?
Berikut ini kami
sajikan tuntunan cara shalat sesuai sunnah Nabi shallallahu’alaihi
wasallam secara ringkas dan padat. Semoga dapat menjadi rujukan dan
panduan dalam menunaikan ibadah yang agung ini, yaitu ibadah shalat.
Cara melakukan shalat
adalah sebagai berikut:
1. Berniat untuk
shalat (rukun shalat)
Niat adalah maksud
hati untuk melakukan sesuatu. Shalat tidaklah sah tanpa niat, dan shalat
tidaklah diterima jika niat shalat bukan karena Allah. Nabi shallallahu’alaihi wasallam
bersabda: “Setiap amal tergantung pada niatnya” (HR. Bukhari-Muslim). Para
ulama sepakat niat adalah amalan hati, sehingga niat tidak perlu diucapkan.
Ketika hati sudah beritikad untuk melakukan shalat, itu sudah niat yang sah.
Nabi shallallahu’alaihi wasallam juga tidak pernah mengajarkan lafal tertentu
untuk niat shalat.
2. Berdiri tegak
menghadap kiblat (rukun shalat)
Berdiri ketika shalat
wajib, termasuk rukun shalat. Diantara dalilnya adalah sabda Nabi
shallallahu’alaihi wasallam : “Shalatlah dengan berdiri, jika tidak mampu maka
duduk, jika tidak mampu maka sambil berbaring” (HR. Bukhari). Hadits ini juga
menunjukkan boleh shalat dalam keadaan duduk jika tidak mampu berdiri, atau
berbaring jika tidak mampu duduk. Wajib menghadap ke arah kiblat ketika
berdiri, kecuali shalat di atas kendaraan. Bagi penduduk Makkah, wajib
menghadap ke arah ka’bah. Adapun bagi penduduk luar Makkah, cukup mengarah ke
arah kota Makkah tidak harus pas ke ka’bah. Pandangan mata ketika berdiri,
lebih utama memandang ke arah tempat sujud. Boleh memandang ke depan atau ke
bawah, dan terlarang keras memandang ke atas atau ke samping tanpa ada
kebutuhan.
3. Melakukan
takbiratul ihram (rukun shalat)
Caranya dengan
mengangkat kedua tangan sambil mengucapkan “Allahu akbar” dengan suara yang
minimal dapat didengar diri sendiri. Tidak sah shalat tanpa Takbiratul ihram.
Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Jika engkau hendak shalat,
ambilah wudhu lalu menghadap kiblat dan bertakbirlah” (HR. Bukhari-Muslim).
Tangan diangkat sampai setinggi pundak (sebagaimana hadits riwayat Ahmad
(shahih)) atau pangkal telinga (sebagaimana hadits riwayat Muslim.
4. Bersedekap
Setelah takbiratul
ihram, tangan bersedekap. Hukumnya sunnah. Caranya yaitu dengan meletakkan
tangan kanan berada di atas tangan kiri. Sahl bin Sa’ad berkata: “Dahulu
orang-orang diperintahkan untuk meletakkan tangan kanan di atas lengan kirinya
ketika shalat” (HR. Al Bukhari). Ada dua bentuk bersedekap yang boleh dipilih :
1. al wadh’u
(meletakkan kanan di atas kiri tanpa melingkari atau menggenggam). Letak tangan
kanan ada di tiga tempat: di punggung tangan kiri, di pergelangan tangan kiri
dan di lengan bawah dari tangan kiri. Dalilnya, hadits dari Wa’il bin Hujr
tentang sifat shalat Nabi, “..setelah itu beliau meletakkan tangan kanannya di
atas punggung tangan kiri, atau di atas pergelangan tangan atau di atas lengan”
(HR. Abu Daud, shahih).
2. al qabdhu
(jari-jari tangan kanan melingkari atau menggenggam tangan kiri). Dalilnya,
hadits dari Wa’il bin Hujr: “Aku Melihat Nabi shallallahu’alaihi wasallam
berdiri dalam shalat beliau melingkari tangan kirinya dengan tangan kanannya”
(HR. An Nasa-i, shahih). Adapun mengenai letak sedekap, tidak terdapat hadits
yang shahih dari Nabi shallallahu’alaihi wasallam mengenai hal ini. Sehingga
perkaranya longgar, boleh di dada, boleh di perut atau juga di bawah perut,
semua ini ada contohnya dari salafus shalih.
5. Membaca doa
istiftah
Hukum membacanya
adalah sunnah. Ada beberapa macam jenis doa istiftah yang dibaca oleh Rasulullah
shallallahu’alaihi wasallam dan sahabatnya, berdasarkan riwayat-riwayat yang
shahih. Diantaranya adalah doa: “Allahumma baa’id bayni wa bayna khothooyaaya,
kamaa ba’adta bayna masyriqi wal maghrib. Allahumma naqqinii khothooyaaya kamaa
yunaqqots tsaubul abyadhu minad danas, Allahummaghsil khothooyaaya bil maa-i
wats tsalji wal barod” (HR.Bukhari-Muslim).
6. Membaca ta’awudz
lalu basmalah
Setelah membaca
istiftah, lalu membaca ta’awudz. Hukumnya sunnah. Ada beberapa bacaan ta’awudz
yang shahih, diantaranya: “a’uudzubillaahi minas syaithaanir rajiim” (HR. Ibnu
Abi Syaibah dalam Al Mushannaf) atau “a’uudzubillaahis samii’il ‘aliimi minas
syaithaanir rajiim” (HR. Abdurrazaq dalam Al Mushannaf). Ta’awudz dibaca secara
sirr (lirih). Para ulama berbeda pendapat apakah basmalah dibaca secara jahr
(keras) atau sirr (lirih). Yang rajih, lebih afdhal membacanya secara sirr
(lirih), namun boleh sesekali membaca secara jahr karena riwayat dari Abu
Hurairah yang menyatakan bahwa beliau mengeraskan basmalah.
7. Membaca Al Fatihah
(rukun shalat)
Setelah membaca
ta’awudz, lalu membaca surat Al Fatihah. Tidak sah shalat tanpa membaca Al
Fatihah. Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “tidak ada shalat bagi
orang yang tidak membaca Faatihatul Kitaab” (HR. Bukhari-Muslim). Namun berbeda
lagi bagi makmum, para ulama berbeda pendapat apakah makmum ikut membaca Al
Fatihah ataukah diam mendengarkan bacaan imam. Yang rajih, jika makmum
mendengar imam sedang membaca (secara jahr), maka ia wajib mendengarkan dan
diam. Makmum tidak membaca Al Fatihah ataupun bacaan lain. Jika makmum tidak
mendengarkan imam membaca (karena dibaca secara sirr), maka ia wajib membaca Al
Fatihah. Inilah pendapat jumhur ulama. Setelah membaca Al Fatihah, disunnahkan
mengucapkan “aamiin” dengan jahr (keras). “aamiin” artinya “ya Allah
kabulkanlah”.
8. Membaca surat dari
Al Qur’an
Kemudian disunnahkan
membaca surat dari Al Qur’an (selain Al Fatihah) yang dihafal, dengan jahr
(keras) di shalat jahriyyah (maghrib, isya’, dan subuh).
9. Ruku'
Dengan mengucapkan
“Allahu Akbar” sambil mengangkat kedua tangan, sama seperti cara takbiratul
ihram, kemudian membungkukkan badan sehingga punggung dan kepala dalam keadaan
lurus, telapak tangan menggenggam lutut dengan jari-jari direnggangkan. Dari
Abu Humaid As Sa’idi mengatakan: “Nabi shallallahu’alaihi wasallam jika
rukuk, beliau meletakkan kedua tangannya pada lututnya, dan meluruskan
punggungnya” (HR. Al Bukhari). Ketika rukuk membaca doa: “subhaana rabbiyal
‘azhiim” (HR. Al Bukhari) sebanyak 3x atau lebih.
10. I’tidal (bangun
dari rukuk)
Bangun dari rukuk
hingga berdiri tegak sambil mengucapkan: “sami’allahu liman hamidah”, bagi imam
atau orang yang shalat sendiri. Bagi makmum membaca: “rabbanaa walakal hamdu”.
Sambil mengangkat kedua tangan seperti cara mengangkat tangan ketika takbir.
11. Melakukan sujud
pertama
Dari kondisi berdiri
setelah i’tidal, turun untuk bersujud sambil mengucapkan “Allahu Akbar”. Para
ulama berbeda pendapat apakah lebih dahulu tangan ataukah lutut ketika turun.
Yang rajih, wallahu a’lam, sebagaimana riwayat dari Ibnu Umar: “bahwasanya ia
turun sujud dengan kedua tangannya sebelum lututnya” (HR. Al Bukhari secara
mu’allaq, Abu Daud). Cara sujud adalah dengan menempelkan 7 anggota badan.
Sebagaimana sabda Nabi shallallahu’alaihi wasallam : “aku diperintahkan untuk
sujud dengan 7 anggota badan: jidat (sambil menunjukkan kepada hidungnya), 2
tangan, 2 lutut, dan jari-jari kedua kaki” (HR. Bukhari-Muslim). Hadits ini
menunjukkan bahwa hidung juga termasuk yang wajib ditempelkan. Kemudian kedua
tangan sejajar dengan pundaknya atau pangkal telinganya, dengan jari-jari dalam
keadaan rapat dan menghadap kiblat. Lengan dibuka dan tidak menempel dengan
badan. “Nabi shallallahu’alaihi wasallam jika shalat (sujud) beliau
merenggangkan kedua tangannya hingga terlihat putihnya ketiak beliau” (HR.
Bukhari-Muslim). Namun ini dilakukan semampunya tanpa mengganggu orang yang
shalat di sebelahnya. Ketika sujud membaca doa: “subhaana rabbiyal a’laa”
sebanyak 3 kali atau lebih. Dianjurkan memperbanyak doa ketika sujud, karena
seorang hamba paling dekat dengan Rabb-nya adalah ketika sujud.
12. Duduk di antara 2
sujud
Bangun dari sujud
sambil mengucapkan “Allahu akbar” tanpa mengangkat tangan, kemudian duduk
iftirasy. Duduk iftirasy adalah duduk dengan cara menegakkan telapak kaki kanan
dan posisi jari-jarinya menghadap kiblat. Sedangkan kaki kiri dalam keadaan
tidur dan diduduki oleh pantat. Kedua tangan diletakkan di atas paha, jari-jari
menghadap ke kiblat. Ketika duduk, mengucapkan doa: “rabbighfirlii” (HR. Abu
Daud, Ibnu Majah, An Nasa-i. shahih).
13. Melakukan sujud
kedua
Dari posisi duduk,
turun untuk sujud sambil mengucapkan “Allahu Akbar”, kemudian sujud dengan tata
cara sujud yang sama seperti sujud pertama.
14. Melakukan duduk
istirahat dan bangun menuju rakaat kedua
Dari posisi sujud,
bangkit tanpa bertakbir, untuk duduk sejenak dengan posisi duduk iftirasy. Lalu
bangun untuk berdiri menuju rakaat yang kedua sambil mengucapkan “Allahu Akbar”
dan mengangkat kedua tangan seperti cara mengangkat tangan pada takbiratul
ihram. Takbir ini dinamakan takbir intiqal. Intiqal artinya berpindah, karena
takbir ini dilakukan ketika berpindah dari satu rukun menuju rukun berikutnya.
15. Melakukan tata
cara yang sama seperti rakaat pertama
Setelah melakukan
takbir intiqal, berdiri secara sempurna dan bersedekap sebagaimana pada rakaat
pertama. Kemudian seterusnya melakukan hal yang sama seperti pada rakaat
pertama. Perbedaan hanya terletak pada beberapa hal:
1. Pada rakaat kedua dan seterusnya, tidak disyariatkan membaca doa istiftah.
Sebagaimana namanya, istiftah artinya ‘membuka’, hanya disyariatkan pada rakaat
pertama. Maka, setelah takbir intiqal, langsung membaca basmalah dan
seterusnya.
2. Pada shalat yang jumlah rakaatnya lebih dari dua, maka rakaat ketiga atau rakaat keempat, bacaan Al Fatihah dan bacaan surat tidak dikeraskan
3. Pada rakaat kedua, pada shalat yang rakaatnya lebih dari dua, setelah
bangun dari sujud yang kedua, tidak melakukan duduk istirahat melainkan duduk
tasyahud awal dan melakukan tasyahud awal.
4. Pada rakaat terakhir, berapapun jumlah rakaatnya, setelah bangun dari sujud
yang kedua, tidak melakukan duduk istirahat melainkan duduk tasyahud akhir dan
melakukan tasyahud akhir.
16. Cara duduk
tasyahud awal
Duduk dengan posisi
duduk iftirasy, kemudian mengangkat jari telunjuk kanan hingga lurus ke arah
kiblat. Sambil membaca doa: “at taahiyaatu lillah was sholawaatu wat
thoyyibaatu, as salaamu ‘alaika ayyuhannabiyyu warohmatulloohi wabarokaatuh,
assalaamu ‘alaina wa’alaa ibaadillaahis shoolihiin, asyhadu allaa ilaaha
illallooh wa asyhadu anna muhammadarrosuulullooh” (HR. Bukhari-Muslim). Dan ada
beberapa bacaan doa tasyahud lainnya yang shahih dari Nabi shallallahu’alaihi
wasallam. Dianjurkan untuk membaca shalawat saat tasyahud awal. Setelah
tasyahud awal, berdiri menuju rakaat ketiga sebagaimana telah dijelaskan.
17. Cara duduk
tasyahud akhir
Para ulama berbeda
pendapat mengenai posisi duduk tasyahud akhir, sebagian ulama menyatakan bahwa
posisinya tawarruk, yaitu duduk dengan cara menegakkan telapak kaki kanan dan
posisi jari-jarinya menghadap kiblat. Sedangkan telapak kaki kiri berada di
depan kaki kanan dan bokong menyentuh lantai. Sebagian ulama menyatakan, untuk
shalat yang dua rakaat, maka duduk tasyahud akhir dengan posisi iftirasy. Namun
dalam masalah ini, perkaranya longgar. Kemudian mengangkat jari telunjuk kanan
hingga lurus ke arah kiblat. Sambil membaca doa tasyahud sebagaimana pada
tasyahud awal, lalu diwajibkan untuk membaca shalawat: “Alloohumma sholli
‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad, kamaa shollaita ‘alaa Ibroohiim, wa
‘alaa aali Ibroohiim, innaka hamiidummajiid” (HR. Bukhori-Muslim). Terdapat
juga lafadz lain yang shahih dari Nabi shallallahu’alaihi wasallam .
18. Berdoa sebelum
salam
Dianjurkan membaca doa
sebelum salam. Yaitu doa: “Allohumma inni a’udzubika min ‘adzaabi jahannam, wa
min ‘adzaabil qobri, wa min fitnatil mahyaa wal mamaat, wa min syarri fitnati
masiihid dajjaal” (HR. Muslim). Kemudian dianjurkan membaca doa apa saja yang
diinginkan.
19. Salam
Dengan mengucapkan
“Assalamu’alaikum warahmatullah” sambil menoleh ke kanan hingga pipi kanan
terlihat dari belakang. Dan mengucapkan “Assalamu’alaikum warahmatullah” sambil
menoleh ke kiri hingga pipi kiri terlihat dari belakang. Dan tidak terdapat
hadits shahih mengenai mengusap wajah setelah salam, sehingga hal ini tidak
perlu dilakukan.
Semoga Allah Ta’ala
memberikan taufiq kepada kita semua dan menerima amal ibadah yang kita lakukan.
Wabillahi at taufiq was sadaad.
Rujukan utama: Sifatu
Shalatin Nabi karya Syaikh Abdul Aziz Ath Tharifi hafizhahullah
Penulis : Yulian
Purnama, S.Kom. (Alumni Mahad Al ‘Ilmi Yogyakarta)
Murojaah : Ust. Aris
Munandar, SS, MPI
Pertanyaan :
Bagaimana cara
melakukan sujud yang benar?
Jawab:
Cara sujud adalah dengan menempelkan 7 anggota badan. Sebagaimana sabda
Nabi shallallahu’alaihi wasallam : “aku diperintahkan untuk sujud dengan 7
anggota badan: jidat (sambil menunjukkan kepada hidungnya), 2 tangan, 2 lutut,
dan jari-jari kedua kaki” (HR. Bukhari-Muslim).
Download lengkap Gerakan Sholat sesuai Al Quran dan Al Hadits versi Pdf
http://kalbar.kemenag.go.id/file/file/2015/umiq1426040746.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar