Rabu, 11 Mei 2016

Mengapa Alloh SWT menggunakan kata ganti Kami ?


Seringkali orang kafir mencoba mengganggu iman kita dengan pertanyaan sbb:
1. Mengapa Qur’an banyak menggunakan kata KAMI untuk ALLAH?
2. Bukankah kami itu banyak?
3. Itu berarti Qur’an pun mengakui “Tuhan” bapa, “Tuhan” anak & “Tuhan” roh ?

Bagaimana kita menjawab pertanyaan semacam ini???
Terkadang kita sering terjebak dengan pertanyaan semacam ini. Pertanyaan bisa berawal dari tidak tahu, namun banyak pula para kufar yg berusaha untuk membodohi umat Islam yang banyak tidak faham dengan bahasa arab. Pertanyaan seperti ini sering dijadikan senjata melawan umat Islam.

A. Konteks Penggunaan Pertama
Yang utama harus diingat ialah, Bahasa Arab adalah bahasa yang paling sukar di dunia. ( Disusul oleh Bahasa China ).

Hal ini disebabkan karena dalam sebuah kata, bahasa arab bisa memiliki banyak makna. kandungan seni serta balaghah dan fashohahnya, Contoh: Sebuah gender, dalam suatu daerah bisa bermakna lelaki, tapi dalam daerah lain bisa bermakna perempuan.

Dalam tata bahasa Arab, ada kata ganti pertama singular (anâ), dan ada kata ganti pertama plural (nahnu). Sama dengan tata bahasa lainnya. Akan tetapi, dalam bahasa Arab, kata ganti pertama plural dapat, dan sering, difungsikan sebagai singular.

Dalam grammar Arab (nahwu-sharaf), hal demikian ini disebut “al-Mutakallim al-Mu’adzdzim li Nafsih-i” , kata ganti pertama yang mengagungkan dirinya sendiri.

(Dhamir ‘NAHNU’ ialah dalam bentuk jamak yang berarti kita atau kami. Tapi dalam ilmu ‘NAHWU’, maknanya tak cuma kami, tapi aku, saya dan lainnya).

Permasalahannya terjadi setelah al-Quran yang berbahasa Arab, dengan kekhasan grammarnya, diterjemahkan ke dalam bahasa lain, termasuk Indonesia, yang tak mengenal “al-Mutakallim al-Mu’adzdzim li Nafsih-i” tersebut.

Akan tetapi, setelah mengetahui perbedaan gramer ini, kejanggalan tersebut, mudah-mudahan segera dapat dimengerti dan dimaklumi.

Bagaimana mungkin aqidah Islam yang sangat logis dan kuat itu mau ditumbangkan cuma dengan bekal logika bahasa yang setengah-setengah, jika memang “KAMI” dalam Qur’an diartikan sebagai lebih dari 1, lalu mengapa orang arab yg jauh lagi faham akan bahasa arab tidak menyembah lebih dari satu ALLAH?

Dalam ilmu bahasa arab, penggunaan banyak istilah dan kata itu tidak selalu bermakna zahir dan apa adanya. Sedangkan Al-Quran adalah kitab yang penuh dengan muatan nilai sastra tingkat tinggi.

Selain kata ‘Nahnu”, ada juga kata ‘antum’ yang sering digunakan untuk menyapa lawan bicara meski hanya satu orang. Padahal makna `antum` adalah kalian (jamak).
Secara rasa bahasa, bila kita menyapa lawan bicara kita dengan panggilan ‘antum’, maka ada kesan sopan dan ramah serta penghormatan ketimbang menggunakan sapaan ‘anta’.

Kata ‘Nahnu` tidak selalu bermakna banyak, tetapi menunjukkan keagungan Allah SWT. Ini dipelajari dalam ilmu balaghah.
Contoh: Dalam bahasa kita ada juga penggunaan kata “Kami” tapi bermakna tunggal. Misalnya seorang Lurah dalam pidato sambutan berkata,”Kami sebagai Lurah berpesan . . .dsb “.
Padahal Lurah hanya sendirian dan tidak banyak, tapi dia bilang “Kami”. Lalu apakah kalimat itu bermakna bahwa Lurah sebenarnya ada banyak? atau hanya satu ?

Kata “kami” dalam hal ini digunakan sebagai sebuah rasa bahasa dengan tujuan nilai kesopanan. Tapi rasa bahasa ini mungkin tidak bisa diserap oleh orang asing yang tidak mengerti rasa bahasa. Atau mungkin juga karena di barat tidak lazim digunakan kata-kata seperti itu.

Kalau umat kristiani tidak bisa faham rasa bahasa ini, harap maklum saja, karena Alkitab Bible mereka memang telah kehilangan rasa bahasa. Bahkan bukan hanya kehilangan rasa bahasa, tapi juga kehilangan kesucian sebuah kitab suci.
Seperti yg sudah diketahui banyak orang, alkitab Khristiani merupakan terjemahan dari terjemahan yang telah diterjemahkan dari terjemahan sebelumnya.
Ada sekian ribu versi bible yang antara satu dan lainnya bukan saja tidak sama tapi juga bertolak belakang. Jadi wajar bila alkitab christian mereka itu tidak punya balaghoh, logika, rasa dan gaya bahasa. Dia adalah tulisan karya manusia yang kering dari nilai sakral.

Di dalam Al-Quran ada penggunaan yang kalau kita pahami secara harfiyah akan berbeda dengan kenyataannya. Misalnya penggunaan kata ‘ummat’. Biasanya kita memahami bahwa makna ummat adalah kumpulan dari orang-orang. Minimal menunjukkan sesuatu yang banyak. Namun Al-Quran ketika menyebut Nabi Ibrahim yang saat itu hanya sendiri saja, tetap disebut dengan ummat.
Sesungguhnya Ibrahim adalah “UMMATAN” yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif . Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan. (QS. An-Nahl : 120)

B. Konteks Penggunaan Kedua.
Kata “Kami” bermakna bahwa dalam mengerjakan tindakan tersebut, Allah melibatkan unsur-unsur makhluk (selain diri-Nya sendiri).

Dalam kasus nuzulnya al-Qur’an, makhluk-makhluk yang terlibat dalam pewahyuan dan pelestarian keasliannya adalah sejumlah malaikat, terutama Jibril;
kedua Nabi sendiri; ketiga para pencatat/penulis wahyu; keempat, para
huffadz (penghafal) dll. (Coba perhatikan baik-baik, kebanyakan ayat-ayat
yang bercerita tentang turunnya al-Qur’an [dalam format kalimat aktif],
Allah cenderung menggunakan kata Kami).

Contoh
“Sesungguhnya Kami telah turunkan al-Zikr [Al-Qur’an] dan Kami Penjaganya
(keaslian)”. [kami lupa pada surat dan ayat berapa].

Contoh lain, coba lihat ayat-ayat tentang mencari rezki. Dalam ayat-ayat tersebut. Allah sering
menggunakan kata Kami; artinya, rezki harus diusahakan oleh manusia itu sendiri, walaupun kita juga yakin bahwa rezki sudah ditentukan oleh Allah.

C. Konteks Penggunaan Ketiga.
Ayat yang menggunakan kata Kami biasanya menceritakan sebuah peristiwa
besar yang berada di luar kemampuan jangkauan nalar manusia, seperti penciptaan Adam,
penciptaan bumi, dan langit.

Allah sendiri ingin menokohkan/memberi kesan “Kemahaan-Nya” kepada manusia, agar
manusia dapat menerima/mengimani segala sesuatu yang berada di luar jangkauan nalar/rasio manusia.
Contoh :
“Sesungguhnya KAMI telah menciptakan kamu (Adam), lalu KAMI bentuk tubuhmu,
kemudian KAMI katakan kepada para malaikat: “Bersujudlah kamu kepada Adam”; maka
merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud” ([al-A’raf 7:11)

Jika ada orang kufar berani mengganggu iman Islam, maka katakanlah yg HAQ itu HAQ & katakana pula yg BATHIL itu BATHIL. Sampaikanlah dengan hikmah & cara yg baik.

Dan janganlah kamu berdebat denganAhli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka…(Qs. 29 Ankabuut: 46).
Wallahu a’lam bisshowab

Sumber: dari catatan Arif Lali Jiwo
1. Islam Terbukti Benar
2. Pesantrenvirtual.com
3. Media dakwah
4. Admmuslimmenjawab.multiply.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar